World Veterinary Day 2021

World Veterinary Day 2021

Pada 25 April 2021 dilaksanakan kegiatan World Veterinary Day 2021 oleh Kementerian Kajian Strategis (KASTRAT) BEM FKH UB 2021 dengan 2 tema, yaitu :

I. Persebaran Covid-19 pada manusia dan hewan, terkait peran dokter hewan dan pengembangan vaksin oleh Dr. drh. Joko Pamungkas, M. Sc.

Konsep one health berupa kolaborasi, komunikasi, dan koordinasi terkait kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan. Zoonosis merupakan penyakit yang menular dari manusia ke hewan atau sebaliknya, yang terdiri dari dua jenis, yaitu anthropozoonosis dan zooanthroponosis. Penyakit zoonosis yang muncul pada manusia sekitar >75% dari hewan, dan >60% berasal dari satwa liar. Pemicu penyakit zoonosis dapat berupa faktor lingkungan (perubahan iklim, pengalihan lahan), perilaku manusia yang dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk, industri (pembukaan lahan, industri makanan), teknologi, dan transportasi. Contoh penyakit zoonosis adalah flu spanyol (unggas), Ebola dan Marburg virus (kelelawar), AIDS/HIV, Hendra & Nipah virus (kelelawar), dan sebagainya.

Ordo mamalia sebagai inang yang berpotensi menularkan penyakit zoonosis dari virus adalah primata, kelelawar, dan rodensia, sedangkan ordo lainnya tidak menularkan penyakit zoonosis. Hubungan antara inang (manusia dan hewan), lingkungan, dan patogen, dapat menyebabkan penyakit zoonosis pada manusia. High risk behavior yaitu situasi spesifik yang berhubungan dengan perilaku manusia kepada hewan terutama di lingkungan satwa liar, contohnya perburuan. Ecological drivers berupa high diversity of wildlife, human population density, dan sebagainya. Transmisi pada penyakit zoonosis terdapat dua rute. Rute pertama dari inang alami (kelelawar) langsung ke manusia. Rute kedua dari inang alami ke inang perantara (ternak, satwa liar, dan primata), lalu ke manusia.

Corona virus diklasifikasikan ke dalam famili Coronaviridae, subfamili Ortho Coronaviridae, dan genus Alpha-corona virus yang menginfeksi manusia, Beta-corona virus yang menginfeksi hewan dan berpotensi zoonosis, Delta-corona virus yang menginfeksi babi dan unggas, Gamma-corona virus yang menginfeksi sebagian hewan, seperti mamalia laut. Pada manusia, Alpha-corona virus dapat menyebabkan demam biasa sedangkan beta coronavirus dapat mempengaruhi sistem pernapasan.  Beta-corona virus dapat berupa SARS-CoV dengan inang rakun, MERS-CoV dengan inang unta, rakun, dan Himalayan palm civet, dan SARS-CoV 2 (Covid-19) yang belum diketahui secara pasti inangnya. Untuk mengintervensi intermediet virus korona tidaklah mudah, sehingga dibutuhkan waktu sekitar dua hingga tiga tahun.

Spillover merupakan penularan dengan perpindahan inang alami ke inang perantara atau ke manusia, sehingga perlu dilakukan observasi dan surveillance secara berkala, lalu diadakan sampling dari satwa tersebut. Kemudian dari data yang ada, akan diprioritaskan virus yang berpotensi menginfeksi manusia yang dijadikan acuan kontrol untuk bertindak sebagai satwa liar untuk menekan terjadinya kerugian. Rekomendasi yang dapat diberikan untuk mencegah penyakit zoonosis berupa pencegahan pandemi dengan pendekatan one health dengan kerja sama dan komunikasi antarprofesi, surveillance rutin terhadap satwa liar secara berkala, kampanye untuk menghentikan gangguan pada satwa liar, habitat dan pakan, serta melakukan pembatasan konsumsi satwa liar. Selain itu, dalam menjaga keragaman satwa liar dan mencegah penyakit zoonosis, satwa liar sebaiknya tidak dimusnahkan, tetapi dibatasi perburuannya. Peran dokter hewan dalam hal ini berupa pengujian vaksin yang diujikan klinis pada hewan.

Kesimpulan :

Konsep one health berkoordinasi menciptakan kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan, sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya penyakit zoonosis. Zoonosis ini dapat dipicu oleh faktor lingkungan, perilaku manusia, kegiatan industri, teknologi, dan transportasi, serta adanya interaksi antara lingkungan, host, dan patogen. Interaksi tersebut dapat berupa perburuan atau konsumsi hewan liar nonternak. Terdapat tiga jenis inang yang berpengaruh dalam penyebaran penyakit zoonosis, yaitu inang alami, inang perantara, dan manusia. Inang alami akan menularkan ke inang perantara, dan akhirnya menginfeksi manusia. Inang perantara untuk Covid-19 belum dapat ditentukan dengan pasti, karena diperlukan waktu sekitar tiga tahun untuk mengidentifikasi inang dari penyakit zoonosis. Rekomendasi untuk pencegahan pandemi dapat dilakukan dengan pendekatan one health  melalui kerjasama dan komunikasi antarprofesi, surveillance rutin terhadap satwa liar secara berkala, kampanye untuk menghentikan gangguan pada satwa liar, habitat dan pakan, serta melakukan pembatasan perilaku untuk konsumsi satwa liar.

II. Batasan transmisi, COVID-19 di dunia veteriner dan Perbaikan kesejahteraan masyarakat oleh drh. Albiruni Haryo, M. Sc.

A. Batasan Transmisi COVID-19

Risiko penularan Covid-19 pada manusia tergolong rendah, sehingga diperlukan lebih banyak penelitian terkait pengaruh SARS-CoV-2 pada hewan.

Konsepnya dari hewan ke manusia dan sebaliknya dengan protokol kesehatan

  1. Animal to human

Belum jelas penularannya dan perlu dilakukan riset lebih lanjut.

  1. Horizontal, fecal/oral transmission

Kemungkinan dikarenakan adanya interaksi horizontal melalui kontak langsung, aerosol, dan droplet protein. Contoh dari fecal/oral transmission adalah meludah sembarangan dan rendahnya sanitasi toilet.

  1. Transplantasi organ, surgery

Pada beberapa negara dilakukan riset transplantasi dan beberapa hal tersebut memberikan efek pada beberapa organ. Selain itu, alat bedah yang dilakukan harus sangat bersih, jika tidak maka dapat tertular Covid-19.

B. COVID-19 di dunia veteriner

  1. One health

Berkolaborasi dalam pelaksanaan tugas di berbagai bidang, merangkul setiap orang di berbagai lapisan masyarakat

  1. Veterinarian in action

Dokter hewan harus segera beraksi sesuai dengan bidang yang dikuasai dan melakukan eksplorasi dan pendekatan.

  1. Prepare to take beating

Dokter hewan dituntut untuk siap menghadapi risiko pandemi di masa depan dengan meningkatkan kemampuan dan pemerataan persebaran di bidang veteriner.

C. Perbaikan kesejahteraan masyarakat

Bagaimana respon dokter hewan terhadap krisis ini? Dokter hewan selalu mengupayakan agar pandemi ini segera selesai.

Langkah selanjutnya

Pentingnya komunikasi terkait kolaborasi dan pengambilan peran terhadap lembaga legislatif untuk penerapan peraturan-peraturan veteriner

  1. Momentum membangun kemandirian

Produksi vaksin secara mandiri tanpa harus melakukan impor.

  • Mendorong industri kreatif

Dokter hewan menjembatani industri kreatif terkait masalah lapangan.

  • Konsumen > produsen

Kita harus memperbaiki mindset menjadi produsen akan kebutuhan kita, bukan lagi sebagai konsumen.

Kesimpulan :

Batasan transmisi pada manusia dan hewan terbagi menjadi tiga, yaitu animal to human, horizontal/fecal oral transmission, dan transplant organs/surgery. Dokter hewan juga berperan dalam one health, aksi veteriner dengan cara pendekatan dan eksplorasi, dan persiapan dalam menghadapi pandemi yang akan terjadi di masa depan. Langkah yang dapat dilakukan oleh dokter hewan adalah dengan melakukan perbaikan terhadap kesejahteraan dalam kemandirian masyarakat yang lebih jauh berkembang dengan meningkatkan mindset ke arah produsen bukan konsumen, serta menyikapi pandemi berdasarkan data dan fakta aktual.

III. Lampiran

Leave a Reply